"Karya nyata, enerjik, inisiatif tinggi, berisi orang-orang hebat"

Kesan pertama Saya terhadap orang-orang yang berada dalam Forum Indonesia Muda terangkum dalam beberapa kata di atas. Hal itu membuat Asa cukup penasaran dan tertantang untuk juga mencoba mengikuti proses seleksi Forum Indonesia Muda angkatan ke 20. Bagi saya, terdapat dua tipe respon seseorang dalam melihat sebuah kesempatan,

Pertama, yang menunggu kesempatan itu datang
Kedua, yang menjemput kesempatan

Sebab Saya lebih banyak merespon kesempatan dengan cara kedua, maka hal itu pula yang Saya lakukan kala melihat pendaftaran FIM 20 dibuka. Ayo kejar! Di antara sekian banyak proses seleksi sebuah program, proses seleksi yang harus dilalui dalam FIM menjadi salah satu yang menarik. Saya simpulkan proses seleksinya menjadi, "Seleksi yang memunculkan banyak benih kebaikan"

Hm... bagaimana proses seleksinya?

Tahap 1. Pengisian Form

Proses seleksi FIM yang saya ikuti harus diawali dengan action yang payah. Saat itu Saya harus mengerjakan seluruh form pendaftaran dalam 1 jam terakhir batas waktu pengisian form di web. Seketika itu juga Saya kalangkabut mengetik untuk mengejar ketertinggalan waktu karena kecerobohan mengingat kalender batas akhir pengisian form. Setelah mengetik panjang lebar sana sini, menuliskan apa yang terpikirkan, tinggallah tawakkal menunggu hasil akhir diumumkan oleh panitia seleksi. Konon katanya seleksi FIM ini amat ketat sehingga Saya merasa mungkin Saya akan dengan mudah tersingkirkan pada seleksi pertama.

"Kalau lolos alhamdulillah banget, kalau gak ya juga tetap alhamdulillah." Ujar Asa dalam benaknya

Bagi sebagian orang yang belum sempat mengisi form hingga batas waktu yang ditentukan, alhamdulillah saat itu panitia mengumumkan perpanjangan waktu pengisian form :)

Terkumpullah 7426 orang pendaftar yang berkompetisi untuk menjadi salah satu orang yang lolos tahap seleksi berkas melalui form. Jumlah yang wow karena ini kali pertama Saya mengikuti proses seleksi sebuah kegiatan yang melibatkan sekian banyak peserta. Pengumuman pun tiba, 2308 orang pendaftar dinyatakan lolos untuk mengikuti tahap seleksi berikutnya. Cukup kaget mungkin, mengerjakan form di 1 jam terakhir sebelum deadline bisa membawa Asa lolos tahap 1. Alhamdulillah.

Tahap 2. Mini Project dan Interview

Grup pun dibuat, 2309 orang mulai diundang ke grup regional masing-masing untuk mendapatkan arahan terkait tahapan seleksi berikutnya. Aturan grup disampaikan, beberapa orang berinisiatif memperkenalkan diri, proses seleksi berikutnya dimulai...

Membuat mini project

Dalam sebuah grup berisi 200an orang calon peserta FIM regional Bandung, panitia membagi peserta ke dalam kelompok beranggotakan 9-11 orang. Setiap tim diminta membuat sebuah project yang dapat dilaksanakan dalam waktu satu pekan dengan tema yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Setiap grup diawasi oleh satu orang supervisor yang akan melihat keaktifan kelompok dan kontribusi setiap orang dalam tim. Pada saat itulah Saya yang bergabung dalam kelompok supervisi 11 bersama-sama menggagas gerakan Family Hour. Sudah pernah mendengar Earth Hour sebelumnya? Maka Family Hour ini kurang lebih punya gambaran kedepan seperti itu dan berikut tim kami saat mengerjakan proyek ini...

Kiri ke kanan: Baris pertama FIM 18 yang kelupaan namanya ._. , Lulu sebagai supervisor, Tiara Annisa sebagai supervisor kelompok lain. Baris tengah Ardy, Ardina, Aal, Iqbal Fawwaz, Asa. Baris belakang Rahmawati, Utami dan Nitya

Hal yang menarik dari mini project ini adalah... peserta dilarang membawa atribut FIM apapun dalam proyek masing-masing. Tujuannya? Agar proyek ini tidak terikat dengan proses seleksi, namun dapat terus berlanjut bahkan setelah proses seleksi selesai.

Sebelum gagasan dieksekusi menjadi sebuah proyek, setiap tim diminta mempresentasikan gagasan masing-masing kepada para supervisor untuk mendapatkan timbal balik. Jika supervisor menyetujui, gagasan yang dimiliki bersama bisa berjalan menjadi proyek.

Satu per satu peserta saling bersahutan memenuhi grup dengan proyek masing-masing. Terdapat 13 proyek kebaikan kala itu. Dari mulai gerakan menyapa orang, peduli sampah, hingga literasi. Setiap proyek dilaksanakan dalam waktu satu pekan.

Usai menyelesaikan project, tibalah saatnya untuk membuat progress report terkait gerakan masing-masing dalam bentuk ppt. Selain itu calon peserta diminta untuk memberikan penilaian terhadap kinerja dirinya sendiri, tim dan kinerja teman-teman yang berada di dalam satu tim. Setiap penilaian memiliki parameter yang jelas dan cukup rinci menghimpun berbagai macam aspek penilaian. Tough.

Tahap berikutnya datang, melengkapi proses seleksi dengan dokumen penunjuang dan tahap wawancara. Dokumen penunjang yang dimaksud adalah segala bentuk dokumen yang mempu menunjukkan kemampuan dan kelebihan teknis maupun pengetahuan yang calon peserta miliki. Dari mulai kemampuan administratif, berbicara di depan publik, hingga mengonsep sebuah kegiatan bisa ditunjukkan dengan bukti yang mendukung seperti video, foto, contoh prototipe hingga dokumen.

Setelah tahap tersebut selesai, masuklah kami semua ke dalam tahapan akhir: wawancara. Calon peserta diwawancarai oleh dua orang untuk menjaga objektivitas penilaian. Apa konten wawancaranya? Sebagai orang yang sudah terbiasa dengan proses kaderisasi dan menyusun hal serupa, sedikit banyak Saya bisa menebak bagaimana alur wawancara yang akan dilakukan. Hasilnya? Voila banyak tebakan pertanyaan muncul dalam proses wawancara.

The Finals. Menyempurnakan Tawakkal dan Memaknai Gerak

Selesai tahap akhir ini sebenarnya dalam benak Saya berujar,

"Jika diterima alhamdulillah, jika tidak pun maka FIM bukan satu-satunya jalan memperoleh banyak kebaikan dan kegagalan di sini tidak akan membuat saya berhenti berbuat baik." 

Jika salah dalam beretorika, hal ini bisa menjadi jawaban yang salah dalam banyak wawancara. "Saya mah terima gak diterima insya Allah ikhlas" dan jawaban senada bisa menjadi alasan kita ditolak sebab menunjukkan niatan yang kurang dalam mengikuti sesuatu. Jadi jika kamu punya prinsip demikian, sampaikan dengan cara terbaik agar tidak menunjukkan seolah kamu tidak niat ikut dalam proses.

Dalam berbagai macam kompetisi, saya selalu ingat nasihat dari kakak kelas dan ustadz saya, "Sempurnakan ikhtiar dengan tawakkal. Jangan jumawa dengan kemampuan diri sendiri hingga lupa kepada Allah yang mengatur semua termasuk rizki."

Selain itu dalam akhir tulisan ini Saya hendak berpesan agar jangan sampai gerakmu berhenti ketika tidak lolos sebuah kompetisi. Keenggananmu bergerak setelah gagal menunjukkan lemahnya niatmu. Mungkin perlu sejenak berkaca dan lihat dalam dalam... "Apa tujuanmu ikut serta?"

Jika tujuan awal ialah ketenaran, gengsi, kesempatan menunjukkan kualitas diri, jodoh dan lain sebagainya... engkau akan berhenti bergerak kala tak satu pun dari hal itu kau dapatkan. Tapi jika kebermanfaatan dan karya yang hendak dipersembahkan kepada Allah yang engkau kejar maka tak sampai berhenti menghirup nafas sejenak sekalipun engkau akan melihat begitu banyak potensi kebaikan dan terus bergerak berkarya untuk umat manusia.

Walhamdulillah ternyata Saya diberikan jalan kebaikan melalui FIM. Lolos. Maka kepada mereka yang lolos hendaknya memaknai kelolosannya sebagai tanggung jawab untuk lebih banyak berbagi dan berbuat baik. Janganlah sampai terjadi... lolosnya kita tidak menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya.

Any thought or something to discuss? Leave it in the comments :)

----------------------------
Forum Indonesia Muda
Pena 1. Apa itu Forum Indonesia Muda?
Pena 3. Pelatwil FIM 20 Solo
Pena 4. Buih Bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar