Dari Sa’id ibn Jubair, dari Ibn ‘Abbas, beliau menyatakan, “Al Quran ini, 6000 ayatnya adalah kisah, 600 ayatnya berupa tanda kebesaran Allah, 60 ayatnya adalah aturan mu’amalah, dan 6 ayatnya berisi hukum-hukum hudud.”

Selama ini mungkin sebagian dari umat Islam memandang agamanya sebagai agama fiqih ibadah. Penuh dengan ritual ini dan itu, halal dan haram, makruh dan mubah. Bahkan sebagian orang memandang Islam dengan sudut pandang lebih sempit lagi: Jika mencuri maka hukumannya adalah potong tangan, jika berzina maka dirajam, dan jika murtad maka diperangi. Sementara itu atsar dari Ibn Abbas justru menerangkan kepada kita komposisi yang amat berbeda. 6000 ayat yang ada di dalam Al-Quran adalah kisah, bukan ayat tentang hukum pidana.

Bagi Asa, hal ini sudah menjadi sebuah pertanda dari Allah sebab kita sebagai muslim meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang benar, diturunkan langsung dari Allah, Rabb semesta alam, kitab ini turun melengkapi berbagai macam kitab suci yang pernah turun sebelumnya, maka tentu metode yang ada di dalam Al-Qur'an adalah metode pengajaran Allah. Apa pelajaran yang dapat engkau ambil dari hal ini?

6000 ayat di dalam Al-Qur'an berbicara mengenai kisah, itu sebabnya tidak sulit bagi kita untuk menemukan kisah saat menelusuri lautan ayat Al-Qur'an. Samudera kisah ini terangkum intisarinya dalam 2 ayat terakhir surat Al Fatihah. Kedua ayat tersebut merupakan doa kepada Allah agar kita senantiasa ditunjukkan ke jalan yang lurus, bukan ke jalan orang-orang yang Allah murkai. Adapun jalan yang lurus itu ialah kisah dari para nabi dengan tantangan dakwah yang berbeda di tiap zaman, kisah para ulul azmi yang amat berat cobaan dakwahnya, kisah orang-orang shalih melawan kedzaliman yang berdiri angkuh pada masanya. Sementara itu jalan orang-orang yang Allah murkai ialah jalan dari orang-orang yang melampaui batas. Tentu telinga kita amat akrab dengan mereka sejak kecil, nama-nama yang kita ingat adalah fir'aun, qarun, bal'am dan sebagainya. Lantas, apa kode yang Asa temukan dari fakta-fakta ini?

Jawabannya adalah metode dakwah dan pendidikan.

Bagaimana metode pendidikan yang dimaksud?

Salah satu nabi yang paling banyak diceritakan dalam Al-Qur'an ialah nabi Musa. Jauh lebih banyak daripada nabi Muhammad itu sendiri. Jika sebagian orang menganggap hal ini sebagai sebuah kejanggalan dan menjadikan dalih akan supremasi nabi Musa di atas nabi Muhammad, maka hal ini tidak tepat. Banyaknya kemunculan kisah nabi Musa dalam Al-Qur'an sebab seperti itulah metode Allah dalam mendidik nabi Muhammad agar matang dan tangguh sebagai seorang pembawa risalah. Sebab keadaan nabi Muhammad dan nabi Musa amat berbeda.

Rasulullah hidup tanpa hutang budi kepada musuh, sementara itu nabi Musa memiliki hutang kepada musuhnya sendiri. Rasulullah hidup bersama para sahabat yang patuh, sementara nabi Musa hidup bersama sekelompok umat yang bandelnya minta ampun. Rasulullah memiliki lisan yang fasih, sementara nabi Musa lisannya kelu sehingga Allah perlu menguatkan nabi Musa dengan kehadiran nabi Harun. Semua perbandingan yang kontras ini ada untuk memberikan pelajaran kepada nabi Muhammad untuk senantiasa berdiri tegak kala mengemban amanah kenabian yang berat.

Keteladanan yang disampaikan melalui kisah menjadi pemicu semangat untuk senantiasa menegakkan punggung. Tanpa perlu nasihat tekstual sekalipun, membaca kisah teladan dapat menjadi refleksi bagi pembacanya kala ia dapat merangkai pecahan-pecahan hikmah dari apa yang ia baca. Cobalah letakkan posisi tokoh itu dalam kehidupan, lalu bandingkan di mana posisi kita saat ini bila dibandingkan dengan mereka. Terasa jauh jaraknya? Berarti bisa jadi kamu memilih teladan yang tepat.

Metode kisah ini tentu akan menarik dan menunjukkan hasil istimewa kala ia dijadikan sebagai bagian dari metode pendidikan anak usia dini. Perbanyak menceritakan kisah para sahabat nabi, buat mereka mengaguminya jauh sebelum mengenal tokoh superhero seperti batman, superman, captain america dan lainnya sampai ke telinga mereka.

"Aku periang, Aku ingin bisa menjadi Ali!"
"Abi, Aku ini gagah gak ya kaya Umar?"
"Bunda, Aku nanti ingin bisa jadi seperti Aisyah yang cerdas."

Bukan menjadi hal yang mustahil kelak merekalah yang akan menjadi penerus dari Abu Bakr, Umar, Utsman dan shalihin lainnya yang setia berada di samping nabi mendakwahkan risalah kebenaran. Teladan yang nyata Allah munculkan pada setiap masa kehidupan umat, mari menggali keteladanan dari para pribadi istimewa itu untuk membimbing hidup kita sampai ke surga.

Lalu bagaimana dengan metode dakwah?

Baca uraiannya dalam pena berikutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar